Minggu, 18 November 2012

PENANGANAN ANAK AUTIS


Penanganan Bagi Anak Autis

Tujuan dari penanganan pada penyandang autisme adalah:
a. Membangun komunikasi dua arah yang aktif,
b. Mampu melakukan sosialisasi ke dalam lingkungan yang umum dan bukan hanya dalam lingkungan keluarga,
c. Menghilangkan dan meminimalkan perilaku tidak wajar,
d. Mengajarkan materi akademik, serta
e. Meningkatkan kemampuan Bantu diri atau bina diri dan keterampilan lain.
Hal terpenting yang bisa dilakukan oleh orang tua adalah menemukan program intervensi dini yang baik bagi anak autis. Tujuan pertama adalah menembus tembok penghalang interaksi sosial anak dan menitikberatkan komunikasi dengan orang lain melalui cara menunjuk jari, menggunakan gambar dan kadang bahasa isyarat serta kata-kata. Program intervensi dini menawarkan pelayanan pendidikan dan penanganan untuk anak-anak berusia dibawah 3 tahun yang telah didiagnosis mengalami ketidakmampuan fisik atau kognitif.
Beberapa Jenis terapi yang bisa dilakukan pada anak autisme adalah sebagai berikut:
a. Terapi perilaku
1) Terapi okupasi – Terapi okupasi dilakukan untuk membantu menguatkan, memperbaiki koordinasi dan keterampilan otot pada anak autis.

PERMASALAHAN ANAK TUNAGRAHITA


Permasalahan Anak Tunagrahita

Dengan keterbatasan yang ada dan daya kemampuan yang dimiliki oleh anak tunagrahita, maka akan muncul berbagai masalah. Masalah-masalah yang dihadapi oleh anak tunagrahita relatif berbeda-beda, walaupun ada kesamaan masalah yang dirasakan bersama oleh sekelompok dari mereka. Dengan adanya kesamaan ini, maka akan mempermudah dalam pengelompokan masalah.
Kemungkinan masalah yang akan dihadapi oleh anak tunagrahita dalam konteks pendidikan, antara lain :
a.       Masalah kesulitan dalam kehidupan sehari-hari
Masalah ini berkaitan dengan kesehatan dan pemeliharaan diri dalam kehidupan sehari-hari. Dengan keterbatasan yang mereka miliki, anak tunagrahita mengalami banyak kesulitan dalam mengurusi kehidupan sehari-hari, seperti merawat diri mereka sendiri. Sehingga mereka perlu bimbingan khusus untuk melatih mereka agar mereka bisa merawat dirinya sendiri.
b.    

KLASIFIKASI ANAK TUNAGRAHITA


KLASIFIKASI ANAK TUNAGRAHITA
Para ahli mengklasifikasikan anak tunagrahita berbeda-beda sesuai bidang ilmu pandangannya masing-masing. Ada yang berdasarkan etimologinya, ada yang berdasarkan kemampuan belajarnya, ciri-ciri klinis dan sebagainya. Pengklasifikasian tunagrahita memang perlu untuk memudahkan guru dalam menyusun program dan memberikan bantuan serta melaksanakan layanan pendidikan yang sebaik-baiknya dan seefektif mungkin. Anak tunagrahita meliputi berbagai tingkat/derajat, dari yang ringan sampai kepada yang sangat berat. Karena mereka berbeda satu sama lain dalam keterlambatan perkembangan dan kondisinya sehingga berbeda pula dalam strategi pendidikan dan pengajaran untuk mereka. Sehingga penting bagi guru untuk mengetahui perbedaan anak tunagrahita ringan, sedang, berat, dan sangat berat.

FAKTOR PENYEBAB TUNAGRAHITA


Faktor Penyebab Tunagrahita
Ada berbagai faktor yang dapat menyebabkan seseorang menjadi tunagrahita. Beberapa ahli membagi faktor-faktor penyebab ini menjadi beberapa kelompok. Strauss mengelompokkan faktor-faktor tersebut menjadi dua gugus, yaitu endogen dan eksogen. Suatu faktor dimasukkan dalam gugus endogen jika letaknya pada sel keturunan, sedangkan yang termasuk ke dalam faktor eksogen adalah hal-hal di luar faktor keturunan, misalnya infeksi dan virus yang menyerang otak, benturan, radiasi, dsb.
Kalangan lain membagi dalam 2 faktor, yaitu faktor lingkungan dan faktor individu.Cara lain yang juga sering digunakan dalam pengelompokkan faktor-faktor penyebab ketunagrahitaan adalah membaginya dalam 3 gugus, jika disusun secara kronologis adalah : (1) faktor yang terjadi sebelum anak lahir (prenatal), (2) faktor yang terjadi saat dilahirkan (natal atau perinatal), dan (3) faktor yang terjadi sesudah dilahirkan (postnatal). Istilah prenatal, natal, dan postnatal bukanlah penyebab, melainkan waktu terjadinya penyebab. Berikut adalah faktor penyebab ketunnagrahitaan,
a.       Faktor Keturunan

PENGERTIAN DAN DEFINISI ANAK TUNAGRAHITA


Pengertian dan Defnisi Anak Tunagrahita
Di dunia ini, Tuhan sudah menciptakan manusia. Namun, ada anak yang diciptakan dengan  kondisi normal, ada pula yang di bawah normal, dan ada yang di atas normal. Beberapa anak ada yang cepat dalam belajar, adapula yang lebih lamban dalam belajar dibanding anak seusianya. Demikian pula perkembangan sosial, ada yang lebih cepat, ada pula yang lebih lamban dari anak normal. Anak di bawah normal dan/atau lebih lamban daripada anak normal, baik dalam perkembangan sosial maupun kecerdasannyadisebut anak terbelakang mental, atau istilah resminya di Indonesia adalah Anak Tunagrahita. 
Anak tunagrahita adalah mereka yang kecerdasannya berada di bawah rata-rata. Selain itu, mereka juga mengalami keterbelakangan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. Mereka kurang cakap dalam memikirkan hal-hal yang abstak, sulit, dan yang berbelit-belit. Mereka tidak berhasil bukan hanya satu atau dua hal, tapi hampir mencakup semuanya, terlebih dalam pelajaran, seperti mengarang, menyimpulkan bacaan, menggunakan simbol-simbol, berhitung, dan dalam semua pelajaran yang bersifat teoretis.
Ketunagrahitaan dalam ilmu kedokteran dianggap sebagai penyakit, tetapi dalam ilmu lain dianggap sebagai suatu kondisi. Dalam hal ini Gunnar Dybward (1964 : 3) mengemukakan bahwa keterbelakangan merupakan suatu kondisi sejak masa perkembangan yang ditandai oleh kurang sempurnanya funfsi-fungsi intelek sehingga nampak akibatnya secara sosial.
Banyak definisi tentang anak tunagrahita yang tercantum dalam berbagai buku yang dikemukakan oleh para tokoh sesuai bidang keilmuannya. Salah satu definisi yang menjadi rujukan utama adalah dari American Association on Mental Deficiency (AAMD) yang dikutip Grossman (Kirk dan Gallagher, 1986:116), adalah tunagrahita mengacu pada fungsi intelek umum yang nyata berada di bawah rata-rata bersamaan dengan kekurangan dalam adaptasi tingkah laku dan berlangsung dalam masa perkembangan.

Senin, 12 November 2012

MAKALAH CEREBRAL PALSY


BAB I
GARIS BESAR ISI ARTIKEL

TIPS MENANGANI ANAK PENYANDANG CEREBRAL PALSY
Tips dan trik berdasarkan pengalaman pribadi merawat dan membesarkan seorang anak penyandang cerebral palsy.
1.      Menerima dan menyadari sepenuh hati bahwa anak adalah titipan Allah SWT,walaupun tidak ada seorangpun yang menginginkan anaknya menyandang cerebral palsy.
2.      Harus cepat bisa menerima dia apa adanya dan jangan terkurung dalam penyesalan, menyalahkan diri sendiri, ataupun pihak lain, atau merasa tidak sempurna.
3.      Gantilah pertanyaan seperti “mengapa ini terjadi pada diriku?” atau “Apa salahku?”, ganti pertanyaannya dengan “Apa yang harus kita lakukan dan bagaimana caranya?”
4.      Siapkan mental dan jangan biarkan air mata anda mengalir ketika mendengar jeritan dan teriakan serta tangisan anak ketika ia terapi dan ulangilah terapi di rumah untuk menguatkan otot anak yang telah dilakukan di tempat terapi.
5.      Siapkan mental,tebalkan telinga dan biasakan mata anda karena akan banyak pertanyaan dari saudara,teman bahkan orang yang tidak dikenal sekalipun,baik pertanyaannya terucap ataupun tidak tentang kondisi anak anda.
6.      Kalau memungkinkan,berhentilah bekerja. Mengurus anak dengan satu masalah yag disandangnya (cerebral palsy) bukan perkara mudah dan sangat menyita perhatian. Kalaupun tidak bisa berhenti bekerja,carilah pengasuh yang benar-benar sayang dengan anak anda.
7.      Jadilah diri anda seseorang yang berani, tidak tergantung pada orang lain.
8.      Berhematlah kalau bisa,karena memiliki anak penyandang cerebral palsy memerlukan biaya yang tidak sedikit.
9.      Kemanapun anda pergi,bawalah minimal pakaian ganti anak,air dirigen ( untuk bersihkan bab/muntahan),kantong kresek,oxycan (oksigen di kaleng),makanan dan minuman anak, obat.
10.  Jangan pernah membandingkan keadaan anak anda dengan keadaan anak yang lain,walaupun kedua anak tersebut sama-sama penyandang cerebral palsy.
11.  Sayangilah pengasuh anak  anda,dan perlakukanlah dia seperti saudara kandung,karena sungguh sangatlah susah menemukan seorang pengasuh yang sayang dan mau mengasuh anak penyandang cerebral palsy.
12.  Dan yang terakahir dan terpenting, serahkan semuanya kepada Allah SWT, jangan lupa berdoa dan memohon ampun kepada-Nya.

BAB II
TELAAH KRITIS ARTIKEL
Saya setuju dengan artikel di atas, karena menurut pendapat saya, memiliki anak yang menderita cerebral palsy itu harus berjiwa besar. Baik dalam merawatnya, dan menerima setiap gunjingan orang tentang kondisi anak yang menderita cerebral palsy. Kesabaran dan kesiapan mental juga di uji dalam merawat anak cerebral palsy. Sehingga, perlu selalu berdoa, berserah diri kepada Allah SWT supaya kita selalu diberi kesabaran dalam merawatnya. Namun, masih ada penanganan lain untuk merawat anak cerebral palsy yang diungkapkan dalam artikel yang dimuat di media elektronik seperti internet. Di bawah ini, perbandingan tentang merawat anak cerebral palsy menurut 2 artikel yang berbeda.

Minggu, 11 November 2012

PENYEBAB KESULITAN BELAJAR


PENYEBAB KESULITAN BELAJAR
            
               Anak dengan kesulitan belajar biasanya sering disebabkan oleh faktor dari dalam dirinya sendiri. Penyebab kesulitan belajar masih menjadi kebimbangan, karena ada beberapa tokoh yang masih pesimis untuk menyebutkan faktor apa saja yang menyebabkan kesulitan belajar. Namun, ada beberapa tokoh yang sudah mengemukakan penyebab kesulitan belajar. Hallalan dan Kauffman (1988) menyebutkan penyebab kesulitan belajar adalah (1) organic and biological factor, (2) genetic factor, (3) inveromental factor. Sedangkan Michael L. Hardman (1993) menyebutkan faktor penyebab kesulitan belajar, yang meliputi (1) neurogical, (2) maturational delay, (3) genetic, dan (4) enviromental. Kedua pendapat ini pada dasarnya sama, karena faktor neurogical dan maturational delay dapat disatukan dalam organik dan biologis.
1.      Penyebab Neurogical
Penyebab kesulitan belajar pada tahun-tahun sebelumnya sudah sering kali disebutkan oleh para ahli. Penyebabnya adalah kerusakan neurologis atau beberapa tipe aktivitas syaraf yang tidak normal. Berbagai faktor dapat menyebabkan kerusakan syaraf yang menimbulkan kesulitan belajar. Kerusakan terjadi pada sistem syaraf saat kelahiran bayi sempurna dengan posisi janin tidak normal selama kelahiran atau anoxia (kekurangan oksigen). Selain itu, infeksi juga bisa menjadi penyebab kerusakan neurologis dan kesulitan belajar.

Minggu, 28 Oktober 2012

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK


PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK
A.      KONSEP DASAR PERKEMBANGAN
               Manusia termasuk makhluk ciptaan Tuhan yang selama hidup mengalami perubahan.
Dimulai dari manusia lahir, sampai meninggal mengalami perubahan. Sehingga manusia tidak statis.
Perubahan yang terjadi pada manusia ada dua macam,
1.       Pertumbuhan, yang memiliki arti sebagai perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu bertambahnya ukuran dan struktur.
2.       Perkembangan yang memiliki arti sebagai perubahan kualitatif, yaitu perubahan yang progresif, koheren, dan teratur.
Perubahan yang dialami manusia merupakan integrasi dari berbagai perubahan struktur dan
 fungsi, oleh karena itu perubahan ini tergantung pada hal-hal yang dialami sebelumnya dan
mempengaruhi hal-hal yang terjadi sesudahnya.
Perubahan yang terjadi pada manusia secara umum meliputi empat tipe,
1.       Perubahan ukuran, meliputi perubahan fisik, seperti bertambahnya tinggi, berat, besarnya organ-organ, dll.
2.       Perubahan proporsi, bisa dilihat dari perbandingan antara ukuran tubuh manusia yang mengalami perubahan, ada bagian tubuh yang berkembang pesat, ada pula yang lambat.
3.       Hilangnya sifat atau keadaan tertentu, misalnya hilangnya sifat kekanak-kanakan, gerakan bayi, dll.
4.       Munculnya sifat-sifat atau keadaan baru, seperti munculnya karakteristik seksual, standart moral, dll.
   Faktor yang menentukan terjadinya perubahan pada diri manusia ada dua macam,
1.       Faktor kematangan yaitu pemunculan dari trait-trait yang secara potensial dimiliki individu sebagai pembawaan yang merupakan sifat keturunan.
2.       Faktor belajar yang merupakan hasil dari pengalaman dan latihan.
Kedua faktor diatas, saling mempengaruhi satu sama lain.
B

Minggu, 21 Oktober 2012

AKU

Aku dan Perjalananku

   Mengawali kehidupanku dalam keluarga yang hangat. Di didik untuk menjadi anak yang bisa dibanggakan orang tua. Hal itulah yang bisa membuatku berusaha untuk bisa menjadi anak yang dibanggakan orang tua.